Friday, March 6, 2009

PEDULI ALAM, MENJAGA BUMI



Dampak pemanasan global sangat kita rasakan beberapa tahun belakangan ini.

Dalam 15 tahun terakhir perubahan suhu di bumi terasa nyata dengan tahun 2005 tercatat sebagai tahun terpanas.


Global warming berarti Musim kemarau yang lebih panjang, kebakaran hutan, gelombang udara panas, mencairnya glasier di kutub, naiknya muka laut.


Konsumsi bahan bakar fosil,dan exploitasi hutan secara berlebihan telah meningkatkan supply gas carbon dioksida ke atmosfir bumi secara berlebihan hingga menciptakan efek rumah kaca.


Hilangnya Es Abadi dari Bumi

Mencairnya lautan es abadi di Kutub Utara (Artic) dan melelehnya es di benua beku Kutub Selatan (Antartica) sebagai dampak suhu air laut yang menghangat terkena paparan matahari, merupakan siklus berantai yang memuncak yang bisa menyebabkan hilangnya es abadi di kedua kutub bumi tersebut.

Dari ketinggian, hamparan es abadi terlihat seperti selimut putih yang menutupi sebagian air laut yang berwarna biru gelap.
Selimut es inilah yang selama berabad-abad menjagai kestabilan suhu air laut dengan memantulkan sebagian sinar matahari ke angkasa seperti cermin sehingga suhu air laut tidak menjadi terlalu hangat.

Terjadinya penyusutan dan pertambahan luas hamparan es di kedua kutub bumi tersebut sejalan dengan pergantian siklus musim panas dan musim dingin adalah suatu hal yang biasa. Namun bila penyusutan menjadi "terlalu" besar dari toleransi normal sebagai akibat "efek rumah kaca" akhirnya memicu siklus tersebut.

Ketika luasan selimut es menyusut melebihi toleransi normal seperti yang terjadi selama berabad-abad umur bumi, maka intensitas sinar matahari yang menembus jauh kedalam laut menjadi telalu banyak hingga air laut menjadi terlalu hangat yang akhirnya akan mencairkan daratan es lebih banyak lagi, demikianlah proses itu berulang dalam suatu lingkaran siklus.


Perubahan kondisi di Kutub Utara (Artic) yang merupakan lautan beku, secara signifikan akan berpengaruh pada kehidupan di bumi.
Naiknya air laut akibat mencairnya hamparan es, akan menghapus beberapa garis pantai dari bumi.


Saatnya Peduli Alam

Disadari atau tidak, manusialah mahluk yang paling bertanggung jawab atas fenomena perubahan alam yang ekstrim ini.

Manusia jugalah satu-satunya spesies yang memiliki kemampuan mengontrol restorasi atas kondisi alam, untuk memperlambat kerusakan yang terjadi.

Pemakaian energy terbarukan, Pemakaian barang secara berulang, Recycle (daur ulang), Penghematan Energy, Gerakan Penghijauan adalah beberapa gaya hidup yang seharusnya mulai menggantikan gaya hidup instant dan boros yang diajarkan oleh abad industri modern.


Sudahkah kita berkontribusi menjaga alam?

1 comment:

Anonymous said...

Update,

Pemakaian energy terbarukan adalah istilah yang perlu direvisi menjadi Energy ramah lingkungan seperti solar cell, pembangkit energy angin, dll.

Beberapa waktu lalu scientist membuktikan bahwa proses produksi bio ethanol dengan bahan baku jagung ternyata memakan energy lebih banyak dari hasil yang didapat, atau menghasilkan lebih banyak karbon ke udara.